
Sidoarjo – Kejadian beberapa pekan terakhir di sepak bola nasional menjadi pelajaran bersama. Sepak bola gembira tak seharusnya diiringi dengan ancaman hingga kekerasan. Sepak bola sejatinya, salah satu olahraga hiburan masyarakat luas.
Olahraga paling digemari di negeri ini. Namun, masih ada saja, oknum-oknum yang tak bertanggung jawab mencederai, olahraga hiburan itu dengan kekerasan. Manajemen Deltras FC pun prihatin dan menyayangkan atas sejumlah insiden kekerasan yang terjadi beberapa pekan terakhir.
Seperti pelemparan batu ke bus tim Persis Solo di Tangerang, usai melawan tuan rumah Persita Tangerang dalam lanjutan Liga 1. Setelah itu, juga menyayangkan kejadian perusakan kantor Arema FC oleh massa, di Malang.
“Kami berharap dan memohon kepada PSSI serta Aparat Penegak Hukum (APH) agar duduk bersama. Yakni dengan merumuskan langkah-langkah apa saja yang tepat, agar kejadian serupa tidak terulang kembali di kemudian hari,” harap COO Deltras, Ronny Suhatril.
Manajemen The Lobster berharap dan mengajak seluruh stakeholder sepak bola nusantara terus menggelorakan perdamaian. Menurut Ronny, sepak bola gembira adalah juga tentang fair play. Baik itu di dalam maupun di luar lapangan.
“Kami tentunya berharap seluruh pihak, termasuk suporter untuk tetap menyuarakan perdamaian dan lebih berfikir dewasa. Mari jadikan sepak bola menjadi tontotan aman dan nyaman bagi keluarga, anak dan perempuan,” jelasnya.
Sepak bola Indonesia sudah seharusnya tak dinodai dengan kekerasan maupun kericuhan yang berujung merugikan. Terlebih, Indonesia didapuk sebagi tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun ini. Indonesia sebagai tuan rumah, harus terus membenahi berbagai elemen yang ada. Termasuk, meminimalisir kerusuhan serta tindakan anarki yang ujungnya merugikan sepak bola nusantara sendiri.
“Sepak bola Indonesia harus lebih bersiap lagi kedepan. Menyambut even-even kelas dunia. Oleh karena itu, seluruh elemen harus duduk bersama membenahi, apa yang dinilai menjadi kekurangan bersama,” pungkasnya. (Tim)